Oleh: Clara Novita
Anggraini, S.I.Kom
Pelajaran
IPS sangat penting untuk siswa. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI
mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Through social subject learners can be
directed to an Indonesian citizens of a democratic and responsible and peace
loving citizens of the world (KTSP, 2006). Melalui pelajaran IPS, siswa
mengenal perannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Tetapi
sayangnya, isi pelajaran IPS seringkali tidak konkret, sehingga tidak mudah bagi
siswa untuk mengerti materi pembelajaran. Contohnya materi Semangat Kerja di
kelas 3. Materi Semangat Kerja memiliki dua kompetensi dasar. Yaitu mengenal jenis-jenis pekerjaan
dan memahami pentingnya semangat kerja.
Mengenal jenis-jenis pekerjaan mudah dilakukan siswa karena siswa melihat langsung berbagai profesi yang ada di
sekitarnya. Tetapi memaknai semangat kerja seperti pentingnya memiliki
pengetahuan lebih dan tetap jujur dalam berwirausaha, telaten berkerja tengah
malam sebagai perawat, dan tidak gentar karena panas terik matahari dan gagal
panen bagi petani cukup sulit dimengerti. Siswa kelas 3 SD belum pernah
memiliki profesi pekerjaan dan merasakan bekerja.
Berbeda
dengan pelajaran IPA, cukup menghadirkan alat-alat praktek sederhana, siswa
langsung mengerti karena mengalami sendiri proses gejala alam yang terjadi. Contohnya
proses terjadinya bunyi. Guru bisa meminta siswa memukul meja atau memetik
karet hingga mengeluarkan bunyi. Mulai dari getaran, udara, dan bunyi yang
ditimbulkan dapat di lihat dan di rasakan langsung oleh siswa. Oleh karena itu,
membuat pelajaran IPS menjadi menarik wajib bagi guru, agar siswa dapat
memahami materi pelajaran. Cooperative
learning dapat menjadi salah satu alternatifnya.
Cooperative
learning adalah aktivitas belajar kelompok yang diatur
sehingga kebergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi
antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk
kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran
lainnya (Carolyn Kessler, 1992). Banyak penelitian menunjukkan keberhasilan
metode ini dalam: (a) pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi dan
produktivitas yang lebih besar, (b) meningkatkan rasa kepedulian, saling mendukung,
dan hubungan yang erat, dan (c) meningkatkan kesehatan psikologis, sosial,
kompetensi, dan penghargaan terhadap diri sendiri (Slavin,1985).
Jarolimek
(1993) mengatakan, diharapkan pendidikan IPS mampu mengembangkan aspek
pengetahuan dan pengertian (knowledge
& understanding), aspek sikap dan nilai (attitude & value), serta aspek keterampilan (skill) pada diri siswa. Iklim kompetitif
dalam cooperative learning antar kelompok membuat siswa berpartisipasi
aktif dan berlomba-lomba memenuhi tujuan pembelajaran sesuai arahan guru. Berikut
beberapa model pembelajaran cooperative
learning yang dapat digunakan untuk mata pelajaran IPS beserta
langkah-langkah penerapannya:
1. Snowball
throwing
Snowball throwing
adalah model pembelajaran aktif dengan menggunakan bola. Setelah apersepsi, guru
membentuk kelompok-kelompok. Kemudian memanggil masing-masing ketua kelompok,
dan memberikan penjelasan tentang materi. Masing-masing ketua kelompok kemudian
kembali ke kelompoknya dan menjelaskan materi yang telah disampaikan guru.
Setelah itu masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk menuliskan
satu pertanyaan tentang materi (dalam satu kelompok tidak boleh ada pertanyaan
yang sama), misalnya apa pengertian semangat kerja (berdasarkan penjelasan ketua
kelompok). Lalu kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar ke kelompok
lain untuk di jawab pertanyaannya. Setelah menjawab, kelompok ini melemparkan
bola kertas miliknya kepada kelompok lain, begitu seterusnya. Kelompok yang
menjawab dengan benar, berhak mendapatkan skor (tulis di papan tulis). Setelah
guru merasa cukup, guru bisa menyimpulkan, memberi tindak lanjut, dan menutup
pelajaran.
2.
Bertukar
pasangan
Dalam
model ini, siswa dibentuk berpasangan, lalu guru memberikan soal mengenai
materi Semangat Kerja untuk dikerjakan bersama. Setelah selesai, siswa bertukar
pasangan dan saling bertanya, menjawab dan mengukuhkan jawaban mereka. Temuan
baru yang ditemukan di pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
3. Make
a match
Model
pembelajaran make a match menggunakan
kartu sebagai alat. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi materi
pelajaran. Ada kartu yang berisi soal, ada kartu yang berisi jawaban. Setiap
siswa mendapatkan satu buah kartu. Lalu memikirkan soal atau jawaban dari kartu
yang dipegang. Kemudian setiap siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya,
lalu mencocokkan kartu sebelum batas waktu yang diberikan. Dalam kesempatan ini
siswa berdiskusi mengenai pertanyaan dan jawaban di dalam kartunya. Setelah
satu babak kartu dikumpulkan dan dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya. Jika masih ada waktu bisa diulangi kembali sesuai
kebutuhan.
Masih
banyak model cooperative learning yang
dapat digunakan untuk membuat pembelajaran IPS menjadi menarik bagi siswa. Dalam
metode ini, siswa saling berinteraksi dan bahu-membahu untuk mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran. Sesuai dengan salah satu tugas perkembangan
anak usia sekolah (6-12 tahun), yaitu belajar bergaul dan bekerja sama dalam
kelompok sebaya (Havighurst, 1972).
Selain itu, cooperative learning menggunakan metode scoring, dimana siswa akan
berlomba-lomba memenuhi instruksi guru untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan
menggunakan metode ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau
tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya (Slavin, 1995). Kompetisi yang tercipta membuat
pembelajaran menjadi menyenangkan. Sebagaimana yang dikatakan Meier (2002),
salah satu ciri dari pembelajaran menyenangkan adalah menarik bagi siswa. Sehingga
materi pembelajaran IPS yang kurang konkret dapat dimengerti oleh siswa.
semangat belajar ips
BalasHapus