Jumat, 17 Agustus 2012

MUDAHNYA MEMBUAT MENARIK PEMBELAJARAN IPS DENGAN COOPERATIVE LEARNING

Oleh: Clara Novita Anggraini, S.I.Kom

Pelajaran IPS sangat penting untuk siswa. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Through social subject learners can be directed to an Indonesian citizens of a democratic and responsible and peace loving citizens of the world (KTSP, 2006). Melalui pelajaran IPS, siswa mengenal perannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Tetapi sayangnya, isi pelajaran IPS seringkali tidak konkret, sehingga tidak mudah bagi siswa untuk mengerti materi pembelajaran. Contohnya materi Semangat Kerja di kelas 3. Materi Semangat Kerja memiliki dua kompetensi dasar. Yaitu mengenal jenis-jenis pekerjaan dan memahami pentingnya semangat kerja. Mengenal jenis-jenis pekerjaan mudah dilakukan siswa karena siswa melihat  langsung berbagai profesi yang ada di sekitarnya. Tetapi memaknai semangat kerja seperti pentingnya memiliki pengetahuan lebih dan tetap jujur dalam berwirausaha, telaten berkerja tengah malam sebagai perawat, dan tidak gentar karena panas terik matahari dan gagal panen bagi petani cukup sulit dimengerti. Siswa kelas 3 SD belum pernah memiliki profesi pekerjaan dan merasakan bekerja.
Berbeda dengan pelajaran IPA, cukup menghadirkan alat-alat praktek sederhana, siswa langsung mengerti karena mengalami sendiri proses gejala alam yang terjadi. Contohnya proses terjadinya bunyi. Guru bisa meminta siswa memukul meja atau memetik karet hingga mengeluarkan bunyi. Mulai dari getaran, udara, dan bunyi yang ditimbulkan dapat di lihat dan di rasakan langsung oleh siswa. Oleh karena itu, membuat pelajaran IPS menjadi menarik wajib bagi guru, agar siswa dapat memahami materi pelajaran. Cooperative learning dapat menjadi salah satu alternatifnya.  
Cooperative learning adalah aktivitas belajar kelompok yang diatur sehingga kebergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya (Carolyn Kessler, 1992). Banyak penelitian menunjukkan keberhasilan metode ini dalam: (a) pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi dan produktivitas yang lebih besar, (b) meningkatkan rasa kepedulian, saling mendukung, dan hubungan yang erat, dan (c) meningkatkan kesehatan psikologis, sosial, kompetensi, dan penghargaan terhadap diri sendiri (Slavin,1985).
Jarolimek (1993) mengatakan, diharapkan pendidikan IPS mampu mengembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge & understanding), aspek sikap dan nilai (attitude & value), serta aspek keterampilan (skill) pada diri siswa. Iklim kompetitif dalam cooperative learning antar kelompok membuat siswa berpartisipasi aktif dan berlomba-lomba memenuhi tujuan pembelajaran sesuai arahan guru. Berikut beberapa model pembelajaran cooperative learning yang dapat digunakan untuk mata pelajaran IPS beserta langkah-langkah penerapannya:
1.      Snowball throwing
Snowball throwing adalah model pembelajaran aktif dengan menggunakan bola. Setelah apersepsi, guru membentuk kelompok-kelompok. Kemudian memanggil masing-masing ketua kelompok, dan memberikan penjelasan tentang materi. Masing-masing ketua kelompok kemudian kembali ke kelompoknya dan menjelaskan materi yang telah disampaikan guru. Setelah itu masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi (dalam satu kelompok tidak boleh ada pertanyaan yang sama), misalnya apa pengertian semangat kerja (berdasarkan penjelasan ketua kelompok). Lalu kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar ke kelompok lain untuk di jawab pertanyaannya. Setelah menjawab, kelompok ini melemparkan bola kertas miliknya kepada kelompok lain, begitu seterusnya. Kelompok yang menjawab dengan benar, berhak mendapatkan skor (tulis di papan tulis). Setelah guru merasa cukup, guru bisa menyimpulkan, memberi tindak lanjut, dan menutup pelajaran.   
2.      Bertukar pasangan
Dalam model ini, siswa dibentuk berpasangan, lalu guru memberikan soal mengenai materi Semangat Kerja untuk dikerjakan bersama. Setelah selesai, siswa bertukar pasangan dan saling bertanya, menjawab dan mengukuhkan jawaban mereka. Temuan baru yang ditemukan di pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
3.      Make a match
Model pembelajaran make a match menggunakan kartu sebagai alat. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi materi pelajaran. Ada kartu yang berisi soal, ada kartu yang berisi jawaban. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu. Lalu memikirkan soal atau jawaban dari kartu yang dipegang. Kemudian setiap siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya, lalu mencocokkan kartu sebelum batas waktu yang diberikan. Dalam kesempatan ini siswa berdiskusi mengenai pertanyaan dan jawaban di dalam kartunya. Setelah satu babak kartu dikumpulkan dan dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Jika masih ada waktu bisa diulangi kembali sesuai kebutuhan.
Masih banyak model cooperative learning yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran IPS menjadi menarik bagi siswa. Dalam metode ini, siswa saling berinteraksi dan bahu-membahu untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Sesuai dengan salah satu tugas perkembangan anak usia sekolah (6-12 tahun), yaitu belajar bergaul dan bekerja sama dalam kelompok sebaya  (Havighurst, 1972).
            Selain itu, cooperative learning menggunakan metode scoring, dimana siswa akan berlomba-lomba memenuhi instruksi guru untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya (Slavin, 1995). Kompetisi yang tercipta membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Sebagaimana yang dikatakan Meier (2002), salah satu ciri dari pembelajaran menyenangkan adalah menarik bagi siswa. Sehingga materi pembelajaran IPS yang kurang konkret dapat dimengerti oleh siswa.               

1 komentar: