Oleh: Dasnah
Islam
adalah agama yang syumul (menyeluruh),
memuat semua sisi kehidupan masyarakat. Membahas segala bentuk ciptaan-Nya
melalui kitab Al-Quran yang diturunkan melalui Rasulullah s.a.w. Salah satu
pembahasan dalam Al-Quran tentang makhluk ciptaan-Nya adalah muslimah atau
lebih dikenal dengan kata perempuan. Berbicara tentang perempuan, maka akan
banyak hal yang akan didapati dan untuk mengupas semua itu tidak akan cukup,
jika hanya menggunakan waktu sejam, sehari, seminggu, atau bahkan sebulan. Dalam
Al-Quran dijelaskan tentang segala hal yang mesti menjadi tuntutan bagi
perempuan. Termasuk di dalamnya bagaimana berinteraksi, bagaimana semestinya
dalam bersikap, berpakaian, dan bahkan bagaimana semestinya perlakuan terhadap
perempuan. Suatu hal yang menarik untuk dikupas dalam perbincangan, mengapa
perempuan menjadi suatu momok yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Salah
satunya adalah karena keindahan perempuan. Namun, untuk memasuki pembahasan
tersebut lagi-lagi membutuhkan waktu yang cukup panjang. Oleh karena itu,
penulis membatasi pemabahasan pada tulisan ini, yakni Mengenal Dua Watak Utama
Perempuan Menuju Introspeksi.
Dalam
kehidupan sehari-hari bukan bukan suatu yang tak asing lagi tatkala kita
melirik aktivitas perempuan. Penuh dengan gaya, tren, dan modis. Intinya tidak
jauh dari bau-bau dandan alias gaya. Ternyata, Terkait dengan watak perempuan,
ternyata telah dijelaskan dalam Al-Quran bahwa ada dua sifat utama dari perempuan.
Dalam Al-Quran surah Az-Zukhruf ayat (18):
“Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang
dibesarkan sebagai perhiasan sedang
ia tidak mampu memberi alasan yang tegas dan jelas dalam pertengkaran” (Q.S. Az-Zukhruf: 18)
Ayat
di atas menjelaskan tentang dua watak utama kaum perempuan. Pertama pada dasaranya perempuan ‘suka
berdandan’. Hal itu jelas diungkapkan dalam terjemahan di atas sebagai perhiasan. Kedua, perempuan itu
suka membantah, sebagaimana terdapat pada kalimat terakhir dan jelas dalam pertengkaran. Jadi pada dasarnya perempuan memiliki
fitrah sebagaimana terdapat dalam ayat di atas. Penulis tidak iseng-iseng
menafsirkan ayat di atas. Seorang ustadz pernah menjelaskan kepada penulis
bahwa pada dasarnya sifat perempuan terdapat dalam alquran. Salah satu surah
dalam alquran yah, Az-Zukhruf: 18.
Wajar
bila Anda melihat perbedaan mencolok antara laki-laki dengan perempuan bila
berjalan beriringan. Pada umumnya laki-laki akan berpenampilan sederhana dan
tidak neko-neko, sebaliknya perempuan jauh lebih mementingkan penampilan
dibandingkan apa pun.
Telah
jelas bahwa ada sifat yang melekat pada diri perempuan yang secara alamiah tak
dapat dinafikkan. Kedua watak tersebut bukan sesuatu yang mesti dibiarkan.
Sebaliknya, kedua watak tersebut mesti diminimalisir, bahkan kalau perlu di-delete dalam karakter, kecuali dalam
kondisi-kondisi tertentu. Karena ternyata inti dari seruan itu adalah Allah
menyeru untuk tidak menampakkannya.
Realitas
telah membenarkan ketetapan Allah yang sudah ada jauh sebelum kita prediksi
bahwa akan ada prediksi seperti ini nantinya. Tidak ada yang dapat memungkiri
bahwa perempuan memang suka berdandan. Dan yang paling banyak membantah bila
ditegur juga adalah perempuan. Bila hal ini masih menjadi tanda tanya dalam
benak, maka boleh kita mengadakan penelitian atau observasi tentang laku dari
perempuan ini. Berapa kali dalam sehari ia bercermin, berapa kali dalam sehari
ia memoles bedak pada wajahnya, berapa kali ia membetulkan posisi bajunya.
Bukan hal yang mustahil hasilnya akan sama dengan yang tertulis dalam Al-Quran
bahwa ‘berhias dan membantah’ adalah fitrah perempuan.
Namun demikian, bukan berarti hal
ini membuka ruang bagi laki-laki untuk menjadikan dua hal
tersebut adalah kelemahan mutlak yang melekat pada perempuan, sebab jika
perempuan mampu mengendalikan kedua sifat itu menjadi sesuatu yang tidak
berlebihan, maka reward pantas
diberikan pada perempuan. Tentunya perintah Allah pun dilaksanakan bukan? Penulis hanya ingin menekankan bahwa kedua watak
itu, bisa saja menjadi boomerang, kalau
tak ada pemahaman awal tentang Islam. Dan sebaliknya, bisa saja menjadi senjata
kita untuk kondisi tertentu. Yang mesti dilakukan adalah menjadikan kedua watak
itu sebagai media introspeksi diri.
Cat:
sudah diterbitkan di dakwatuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar