Minggu, 19 Agustus 2012

Semarang Pesona Asia: Asa Vs Putus Asa


Oleh : Clara Novita Anggraini
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip undip (Tulisan Jadul ^^)


BULAN Agustus 2007 warga Kota Semarang menjadi tuan rumah sebuah perhelatan besar: Semarang Pesona Asia. Kegiatan itu digelar sebagai upaya memperkenalkan sekaligus ”menjual” Kota Lunpia ke level Asia, atau lebih jauh lagi ke tingkat dunia.

Usaha pemerintah pun tidak sedikit dalam mempromosikan Semarang Pesona Asia ini. Termasuk dimuatnya profil Semarang Pesona Asia dalam suplemen khusus Media Indonesia edisi sabtu, 12 Mei 2007. Dalam suplemen khusus ini ulasan Semarang Pesona Asia dimuat dalam enam belas halaman yang dikemas dengan warna warni yang apik. Salah satu isinya yaitu artikel yang ditulis oleh redaksi Media Indonesia dan Metro TV R.Hariyanto dan Gantyo Koespradono dengan judul “Asa Semarang Menjadi Pesona Asia”.

Artikel ini menjelaskan gagasan walikota Semarang, Sukawi Sutarip, untuk menjadikan Semarang sebagai Asia, yang belakangan populer dengan sebutan SPA ( Semarang Pesona Asia ). Untuk merealisasikan hal ini Sukawi telah mencanangkan Semarang sebagai kota pelayanan yaitu dengan melengkapi berbagai fasilitas dan infrastruktur kota yang memadai seperti jalan, lalu lintas tertib, drainase, penerangan jalan, taman kota, dan berbagai fasilitas seperti pasar, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit, sarana pendidikan, sarana transportasi, sarana ibadah dan objek wisata sejak awal Januari 2007.

Namun pada kenyataannya, beberapa fasilitas belum dapat dilihat perkembangannya. Rani, seorang warga Semarang berpendapat bahwa upaya pemenuhan fasilitas fasilitas umum di atas hanya dirasakan pada objek wisata saja. Sistem drainase, infrastrutur kota, dan fasilitas umum seperti pasar, rumah sakit, dan transportasi, masih belum ada peningkatan.

Contoh nyata permasalahan utama kota Semarang adalah rob (kenaikan permukaan air laut yang mengakibatkan banjir) yang justru makin meluas. Mengutip kata-kata Ari Sugiya dan Andri Reno Susetyo (Litbang dan Infografik Kompas) dalam artikel yang berjudul Wajah Banjir Kanal di Kota Semarang (Kompas – 13 Maret 2007) : “Apakah Kota Semarang menunggu terendam terlebih dahulu agar mimpi naik perahu di banjir kanal terwujud? Lantas bagaimana dengan Semarang Pesona Asia?”

Lebih lanjut lagi, dalam artikel ini Sukawi menyatakan keoptimisannya akan keberhasilan Semarang Pesona Asia. Penyebabnya tidak lain adalah kondisi Semarang selama ini yang sangat kondusif, aman, tertib, bersih, dan lebih dari itu, warga kotanya ramah sehingga diharapkan dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi pengunjung yang datang dan memunculkan keinginan untuk berkunjung lagi ke Semarang.

Sementara itu, seperti yang kita ketahui bersama seringnya peristiwa pencopetan masih terjadi di lingkungan sekitar kita. Termasuk di Mushala Fisip Undip tempat para mahasiswa melakukan kegiatan peribadahan sehari hari.

Mengenai keramahan kota Semarang mahasiswa Administrasi Publik, Oming dan Dewi menceritakan pengalaman berbeda ketika berbelanja di pasar kebanggaan kota Semarang, Pasar Johar. ”Kita dipaksa paksa, penjualnya marah marah dan memaksa supaya membeli, kita sempet shock dan langsung lari…”. Serupa tapi tak sama, seorang mahasiswa pendatang yang tidak mau disebutkan namanya “digaplok” penjual mangga saat proses tawar menawar. Pengalaman pengalaman seperti ini membuat mahasiswa pendatang, lebih tepatnya di sebut warga pendatang dalam konteks ini merasa shock dan memilih tidak berbelanja di pasar Johar walaupun hanya sementara waktu.

Untuk menyukseskan program ini dibutuhkan dukungan dari seluruh warga kota Semarang. Pemerintah pun sangat menyadari hal ini. Untuk membangkitkan semangat dan kebanggaan masyarakat terhadap kota sendiri dan menyatukan persepsi ke arah perbaikan, dilahirkan semboyan “Semarang Beauty of Asia”.

Jika melihat pada beberapa bangunan bersejarah yang menjadi objek dalam SPA, sebut saja Masjid Agung dan Sam Poo Kong, jelas menggambarkan suatu kecantikan tersendiri.

Tidak cukup hanya melihat pada dua objek wisata ini saja, sesuai dengan tagline di atas, “ Semarang Beauty of Asia”, yang berarti kita harus melihat pada keseluruhan isi Semarang. Tidak usah jauh jauh, daerah Pleburan dan Kusumawardhani, lingkungan tempat tinggal para mahasiswa unversitas kebanggaan Kota Semarang seringkali banjir ketika hujan menyapa. Bau sampah juga seringkali menyapa hidung ketika berjalan di kawasan Simpang Lima.

Fakta fakta ini menunjukkan kesiapan atau lebih eksrimnya ke”pantas”an Semarang untuk menjadi “Beauty of Asia “. Event internasional tersebut akan dijadikan event tahunan atau bahkan suatu saat nanti dijadikan setengah tahunan. Untuk tahun 2007 ini, dengan dana Rp 21 miliar dan pendukung Rp 3 miliar akan digelar selama lima hari, akhir Agustus atau awal September. Acara digelar di berbagai tempat strategis, seperti lapangan Simpanglima, Tugu Muda, Lawang Sewu, PRPP, Masjid Agung, dan kuil Sam Poo Kong Gedung Batu. Untuk tahun 2008, Pemkot pun telah menyiapkan lahan seluas 15 hektere untuk kegiatan tersebut.

Tahun ini acara digelar menyambut HUT Ke-62 Kemerdekaan RI, sekaligus Hari Jadi Priovinsi Jateng dan perayaan kedatangan Panglima Cheng Ho Ke-601 di Semarang. Tidak kurang dari 27 ragam acara digelar secara spektakuler, baik berupa pagelaran seni dan budaya tingkat Asia, Asia Sport Competition, wisata dan pameran serta seminar internasional.

Untuk keperluan itu disiapkan panggung raksasa berukuran 50X60 meter dengan tata lampu modern. Di Panggung ini digelar ragam pertujukkan. Misalnya, sebuah pagelaran seni-budaya tingkat Asia bertajuk Pagelaran Semarang Pesona Asia ini melibatkan tim kesenian 10 negara ASEAN, ditambah Cina, Jepang, Korea, India dan Arab. Pertunjukan seni spektakuler di Simpanglima 10-12 Agustus ini mengusung tema ”Menembus Batas Budaya ini” melibatkan ratusan penari dengan tata lampu modern dan musik memikat. Sajian warna-warni ragam budaya mancanegara yang dilebur dalam satu pentas ini menjadi sajian utama, sekaligus menggambarkan makna dari Semarang Pesona Asia.

Berlatar belakang Tugu Muda dan landmark Kota Semarang, Lawang Sewu juga menjadi tempat konser Permadaian. Semarang Pesona Asia dan Asian Designer Fahsion Show. Acara ini dirancang menghadirkan penyanyi, grup band, perancang mode papan atas Indonesia dan mancanegara. Maka dapatlah kita bayangkan berapa besar biaya yang dikeluarkan pemerintah kota Semarang untuk merealisasikan program ini.

Semarang Pesona Asia, tujuan pengembangan kota Semarang yang sangat luar biasa dengan semua pelaksanaan dan efeknya. Setujukah anda? (*)


Posted by: majalahopini on: October 5, 2008
In: Kolom | MAJALAH OPINI 34 Comment!
http://majalahopini.wordpress.com/2008/10/05/semarang-pesona-asia-asa-vs-putus-asa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar