Jumat, 17 Agustus 2012

Sepotong Kisah tentang Tarbiyah


Oleh: Dasnah

 “Sungguh, hidayah itu akan datang kepada siapa saja yang dikehendakinya”
Aku tak mampu membahasakan lewat defenisi tentang arti ‘tarbiyah’. Bagiku, tarbiyah merupakan bola besar yang akan terus menggelinding dan mendatangi siapa saja yang hendak ditujunya. Bola besar itulah yang akan menjadi penyejuk bagi yang mendapatinya. Namun, bola besar itu akan menjadi bara bila yang didatanginya tak mampu melihat keindahan yang dibawa dan dipancarkannya.
Sedikit ingin berbagi dengan kalian. Kembali mereview 5 tahun lalu (ketika 2010). Ketika kali pertama aku mengenal lebih jauh seperti apa kampus yang sesungguhnya. Kali pertama diperkenalkan dengan jamaah ini. Sebuah momen yang takkan pernah habis untuk kututurkan, tak bosan untuk kudendangkan, dan takkan pernah ingin aku lupakan. Berawal dari sebuah ajakan teman. Teman yang tentu ingin melihat hal baik pada teman yang dia ajak. Satu dari teman yang diajak itu adalah 'aku'. Kaki ini pun melangkah ke sebuah pertemuan yang bagiku itu sangat asing. Asing dikarenakan kondisi yang ada di dalamnya. Asing karena metode yang berlangsung. Amat asing karena wajah-wajah yang kulihat memang tak pernah tersorot mata. Berbekal niat dan ucapan terima kasih. Kaki pun melangkah. Pintu hati terketuk??? Jawaban itu lama baru kutemukan. Terbiasa dengan kehidupan yang santai membuat kaki ini enggan untuk mengenal jamaah itu lebih jauh. Mungkin itu yang disebut dengan malas. Malas yang merupakan salah satu sifat syaithon. Sepertinya berusaha memburamkan titik-titik terang yang muncul sedikit demi sedikit dalam hati. Hingga kelembutan seorang guru yang biasa disebut dengan murabbiyah meluluhkan hati ini. Itu baru luluh, belum sempat mengikat hatiku untuk lebih mencintai jamaahnya. Tiga tahun, yah kurang lebih tiga tahun aku bersamanya. Memetik ilmu sedikit demi sedikit tentang jamaah yang ternyata memiliki sebuah nilai melebihi berlian. Padahal aku menghargainya sebatas permata biasa yang bernilai biasa-biasa. Aku pun mulai menangis ketika membaca kisah di tengah lingkaran. Aku mulai menyadari bahwa betapa dunia ini membutuhkan orang saleh yang tidak hanya sekedar saleh bagi diri sendiri. Namun, jauh...jauh...amat jauh, kesalehan itu perlu didistribusikan. Perlu diaplikasikan. Diaplikasikan pun masih butuh tanda tanya besar buatku.****
Memoar Tarbiyah
Kuukir kembali tentang kisah indah itu dalam catatan cinta yang kuberi judul Memoar Tarbiyah. Aku sedikit pikun kalau ditanya tentang kapan tepatnya aku mengenal tarbiyah? Tahun aku tahu, namun tanggal dan hari sepertinya tak begitu membekas dalam memori ini. Seperti yang telah kuungkapkan pada awal catatan. Berawal dari ajakan seorang teman. Semoga beliau selalu diberi rahmat oleh yang mahakuasa lahir dan  batin. Bila beliau dalam keadaan sakit, semoga penyakitnya diangkat oleh Allah tanpa mengurangi ketakwaan dan keimanannya. Amin ya Robbal ‘alamin.
Tulisan ini pun baru kutuang beberapa menit yang lalu atas permintaan dari guru spiritual yang biasa dipanggil dengan murabbiyah alias MR bila disingkat (cerita 7 bulan yang lalu) Tarbiyah, tidak ada tempat yang lebih kunanti selain duduk dalam lingkaran, bercengkerama dengan qadhoya ‘curhat’, dan menikmati kuliner yang tersaji. Rindu yang begitu berat tiba-tiba menjadi enteng jika melihat senyum mereka (teman-teman tarbiyah). Indah. Sungguh suasana yang tak bisa tergantikan. Kekaguman pada MR yang tak terbatasi oleh apa pun, makin mempererat kecintaan kami. Sesuatu yang sulit dibagi kepada orang lain, bahkan kepada orang tua sekali pun. Akan mencuat dengan sendirinya, bukan kerana paksaan atau intimidasi. Kepercayaan dan solusi. Sinergisitas kedua kata itu yang mencuatkannya. Semua itu kudapatkan dari sarana yang disebut ‘TARBIYAH’.
Sarana yang begitu mendidik, namun orang-orang akan merasa asing jika ia tak menyelami kedalamannya. Bahkan bisa juga dianggap sebagai aktivitas tak berbobot. Itu karena mereka sangat asing. Ingin kutularkan rasa bahagia ini. Pun keindahan itu ingin kutebar. Namun, rasa takut itu terkadang muncul. Tak semua orang mau menerima, tak semua orang sepaham. Namun, sedikit yang ingin merasakannya. Tetapi, aku begitu yakin seyogyanya mereka tahu bahwa media ini memiliki nilai melebihi intan dan berlian. Takkan mau mereka berpaling. Bukan lagi mereka yang dicari, namun mereka yang mencari. Ternyata dalam tarbiyah itu ada ion positif dan negative. Ada hukum tarik-menarik. Aku menaruh harapan besar kepada sosok MR sebab penggerak roda-roda sarana ini adalah mereka. Teladan. Itu content yang tak bisa lepas dari mereka. Ketertarikan tak bertepi ini, semoga bisa dirasakan oleh semua kalangan yang belum sempat mencicipinya. Semoga mata mereka jeli melihat nuansa indah yang melekat sebab rindu tarbiyah akan menggelayut. 
Banyak hal yang ingin kutumpahkan di atas carik putih ini, namun sepertinya bila hanya berupa catatan singkat, maka takkan mampu menampungnya. Jazakallahu khoiran katsiir! 
Cat: Tulisan ini pernah diterbitkan di www.dakwatuna.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar