Oleh:
Dasnah
“Sungguh, hidayah itu akan datang kepada siapa
saja yang dikehendakinya”
Aku tak mampu membahasakan lewat
defenisi tentang arti ‘tarbiyah’. Bagiku, tarbiyah merupakan bola besar yang
akan terus menggelinding dan mendatangi siapa saja yang hendak ditujunya. Bola
besar itulah yang akan menjadi penyejuk bagi yang mendapatinya. Namun, bola
besar itu akan menjadi bara bila yang didatanginya tak mampu melihat keindahan
yang dibawa dan dipancarkannya.
Sedikit
ingin berbagi dengan kalian. Kembali mereview 5 tahun lalu (ketika 2010).
Ketika kali pertama aku mengenal lebih jauh seperti apa kampus yang
sesungguhnya. Kali pertama diperkenalkan dengan jamaah ini. Sebuah momen yang
takkan pernah habis untuk kututurkan, tak bosan untuk kudendangkan, dan takkan
pernah ingin aku lupakan. Berawal dari sebuah ajakan teman. Teman yang tentu
ingin melihat hal baik pada teman yang dia ajak. Satu dari teman yang diajak
itu adalah 'aku'. Kaki ini pun melangkah ke sebuah pertemuan yang bagiku itu
sangat asing. Asing dikarenakan kondisi yang ada di dalamnya. Asing karena
metode yang berlangsung. Amat asing karena wajah-wajah yang kulihat memang tak
pernah tersorot mata. Berbekal niat dan ucapan terima kasih. Kaki pun
melangkah. Pintu hati terketuk??? Jawaban itu lama baru kutemukan. Terbiasa
dengan kehidupan yang santai membuat kaki ini enggan untuk mengenal jamaah itu
lebih jauh. Mungkin itu yang disebut dengan malas. Malas yang merupakan salah
satu sifat syaithon. Sepertinya
berusaha memburamkan titik-titik terang yang muncul sedikit demi sedikit dalam
hati. Hingga kelembutan seorang guru yang biasa disebut dengan murabbiyah meluluhkan hati ini. Itu baru
luluh, belum sempat mengikat hatiku untuk lebih mencintai jamaahnya. Tiga
tahun, yah kurang lebih tiga tahun aku bersamanya. Memetik ilmu sedikit demi
sedikit tentang jamaah yang ternyata memiliki sebuah nilai melebihi berlian.
Padahal aku menghargainya sebatas permata biasa yang bernilai biasa-biasa. Aku
pun mulai menangis ketika membaca kisah di tengah lingkaran. Aku mulai menyadari
bahwa betapa dunia ini membutuhkan orang saleh yang tidak hanya sekedar saleh
bagi diri sendiri. Namun, jauh...jauh...amat jauh, kesalehan itu perlu
didistribusikan. Perlu diaplikasikan. Diaplikasikan pun masih butuh tanda tanya
besar buatku.****
Memoar
Tarbiyah
Kuukir kembali tentang kisah indah itu dalam catatan cinta
yang kuberi judul Memoar Tarbiyah. Aku sedikit pikun kalau ditanya tentang kapan
tepatnya aku mengenal tarbiyah? Tahun aku tahu, namun tanggal dan hari
sepertinya tak begitu membekas dalam memori ini. Seperti yang telah kuungkapkan
pada awal catatan. Berawal dari ajakan seorang teman. Semoga beliau selalu
diberi rahmat oleh yang mahakuasa lahir dan
batin. Bila beliau dalam keadaan sakit, semoga penyakitnya diangkat oleh
Allah tanpa mengurangi ketakwaan dan keimanannya. Amin ya Robbal ‘alamin.
Tulisan ini pun baru kutuang beberapa menit yang lalu atas
permintaan dari guru spiritual yang biasa dipanggil dengan murabbiyah alias MR bila
disingkat (cerita 7 bulan yang lalu) Tarbiyah, tidak ada tempat yang lebih
kunanti selain duduk dalam lingkaran, bercengkerama dengan qadhoya ‘curhat’, dan menikmati kuliner yang tersaji. Rindu yang
begitu berat tiba-tiba menjadi enteng jika melihat senyum mereka (teman-teman
tarbiyah). Indah. Sungguh suasana yang tak bisa tergantikan. Kekaguman pada MR
yang tak terbatasi oleh apa pun, makin mempererat kecintaan kami. Sesuatu yang
sulit dibagi kepada orang lain, bahkan kepada orang tua sekali pun. Akan
mencuat dengan sendirinya, bukan kerana paksaan atau intimidasi. Kepercayaan
dan solusi. Sinergisitas kedua kata itu yang mencuatkannya. Semua itu
kudapatkan dari sarana yang disebut ‘TARBIYAH’.
Sarana yang begitu mendidik, namun orang-orang
akan merasa asing jika ia tak menyelami kedalamannya. Bahkan bisa juga dianggap
sebagai aktivitas tak berbobot. Itu karena mereka sangat asing. Ingin kutularkan
rasa bahagia ini. Pun keindahan itu ingin kutebar. Namun, rasa takut itu
terkadang muncul. Tak semua orang mau menerima, tak semua orang sepaham. Namun,
sedikit yang ingin merasakannya. Tetapi, aku begitu yakin seyogyanya mereka
tahu bahwa media ini memiliki nilai melebihi intan dan berlian. Takkan mau
mereka berpaling. Bukan lagi mereka yang dicari, namun mereka yang mencari.
Ternyata dalam tarbiyah itu ada ion positif dan negative. Ada hukum
tarik-menarik. Aku menaruh harapan besar kepada sosok MR sebab penggerak
roda-roda sarana ini adalah mereka. Teladan. Itu content yang tak bisa lepas dari mereka. Ketertarikan tak bertepi
ini, semoga bisa dirasakan oleh semua kalangan yang belum sempat mencicipinya.
Semoga mata mereka jeli melihat nuansa indah yang melekat sebab rindu tarbiyah
akan menggelayut.
Banyak hal yang ingin kutumpahkan di
atas carik putih ini, namun sepertinya bila hanya berupa catatan singkat, maka
takkan mampu menampungnya. Jazakallahu khoiran katsiir!
Cat: Tulisan ini pernah diterbitkan di www.dakwatuna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar